Langsung ke konten utama

Perihal Waktu

Ada yang mengatakan, setiap manusia punya waktunya masing-masing

Waktu untuk menjawab persoalan kehidupan, ntah tentang keluarga, cinta, atau teman

Memang semua ada fase dalam hidup, pasal kehilangan atau bertahan

Mana mungkin ada manusia yang mau kehilangan sosok atau hal berharga dalam hidupnya

Begitupun aku, tetapi tidak bisa mengelak jika berurusan dengan perihal waktu

Bagaimana mungkin? Mungkin saja. Ini bekerja untukku, tidak ada alasan untuk menolak

Fase keluarga sengaja tidak aku utarakan, karena sudah banyak kata yang aku tuliskan 

Fase kedua, cinta. Cinta seperti apa lagi yang harus aku hadapi dan rasakan

Bermula dari cinta monyet hingga pertemuan dengan keluarga saja belum cukup

Tidak ada kemungkinan untuk tidak ditinggalkan oleh pasangan atas alasan apapun

Fase ketiga, pertemanan. Di mana lagi aku harus temukan sahabat sejati

Satu saja, tak ku temukan sahabat sejati hingga usiaku berkepala dua

Bahkan, teman-teman yang aku spesialkan kini mulai menjauh satu per satu

Sedih sekali, ingin rasanya mengulang old memories dengan mereka

Namun, apa boleh buat. Pribadiku tidak bisa memaksakan mereka untuk bertahan

Prioritas mereka bukanlah pertemanan kami kembali, mungkin ada hal yang harus diselesaikan

Kalau boleh ku katakan, pertemanan yang mulai memudar membuatku merasa sepi

Ternyata memang benar, mereka tidak ada ketika aku membutuhkan, tetapi aku akan selalu ada untuk mereka

Menuntut imbal-balik di hubungan pertemanan di mana mereka menganggapku biasa saja, memang salah

Kembali lagi pada judul tulisan ini, mensiasati dan menerimanya saja

Bagaimana dengan prosesnya? Nikmati saja, tetap lakukan yang terbaik asal tidak membuatmu merasa kesulitan

Tinggalkan, jika hal itu telah mengusik dan memberikan efek negatif dalam proses kehidupanmu

Sejatinya teman adalah ia yang selalu ada dan mampu memberikan motivasi dan dukungan kapanpun kamu membutuhkan, begitupula sebaliknya

Semangat, kamu hebat!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sesal

Malam itu terdengar kabar menggembirakan terbawa suasana penuh syukur dan haru terlihat dia risau akankan kita menjadi jauh atau sesuai ambisinya pikirannya berjalan melintasi ruang satu dan yang lainnya hingga bertemu bisikan-bisikan sampailah padaku keraguanku bergejolak dan menentang apa salahnya? pikiranku berbalik mengiyakan  bisikan-bisikan  yang memikatku sesal tidak semudah asa yang ku inginkan amarah menyelimutinya saat ini, beradu pikiran dan pendapat berunjuk rasa pada ego sesal itu akan ada selalu menemani dari apa yang dia cetuskan hanya doa ku dambakan bukan bisikan-bisikan pada ego dia

Gundah

Sunyi Hanya rembulan menerangi Suara hewan menemani Kegelisahan hati Sunyi Malam ini mengisahkan pilu Menistakan candu Dan membisu Pelajaran baru Menusuk kalbu -thanks-

Analogi Kisah Rusa dan Singa

Rusa memiliki kecepatan lari yang jauh lebih kencang dari Singa. Akan tetapi, Singa selalu dapat memangsa si Rusa. Hal ini dikarenakan Rusa sering menengok ke belakang ketika ia dikejar oleh Singa yang membuat kecepatan larinya tidak stabil. Sehingga Singa dengan mudah menerkamnya. Hikmahnya adalah “Melupakan segala hal yang  berasal dari ketakutan masa lalu akan kegagalan di masa depan yakni hal  yang membuat kita merasa trauma dan lelah. Fokus pada komitmen akan orientasi tujuan ke depan yang ingin dicapai”.  Pertanyaanya, mengapa ketika seseorang memberanikan diri untuk membuka diri at least memperbolehkan orang-orang baru memasuki kehidupannya untuk mendapatkan wawasan ataupun pengalaman baru, namun merekalah yang membuat rasa trauma dan lelah itu muncul kembali? Entahlah.